Tari Berpasangan adalah sebuah penampilan seni tari
tradisional, kreasi dan modern yang dimainkan secara berpasangan, baik
berlawanan maupun sesama jenis. Berpasangan disini bukan hanya 2 orang saja,
tapi bisa juga 4, 6 atau 8 orang, namun masing-masing memiliki pasangannya.
Ciri-ciri Tari Berpasangan paling menonjol adalah
mengenai gerakannya, yakni antar penari akan saling melengkapi, berkombinasi
dan berinteraksi satu sama lain. Selain itu, Tari Berpasangan dianggap lebih
meriah, menarik dan memiliki makna yang beragam.
Selain itu, beberapa Karakteristik Tari Berpasangan
antara lain adalah sebagai berikut :
Terdapat dua gerakan: berlawanan dan bersamaan
Saling mengisi satu sama lain
Harus tercipta ketentuan antara gerak dan ekspresi
kedua penari
Contoh
Tari Berpasangan
1. Tari Serampangan Duabelas
Yang pertama adalah Tari Serampangan Duabelas asal
Provinsi Riau, dan juga berkembang di Sumatera Barat, Timur dan Sumatera bagian
Tengah. Ini adalah salah satu tarian populer Melayu yang telah ada sejak zaman
lampau.
Tarian ini dimainkan oleh 2 penari, pria dan wanita,
dimana maknanya bercerita tentang pertemuan dua manusia, yang akhirnya
sama-sama menaruh dan membangun cinta hingga ke jenjang pernikahan.
2. Tari Zapin
Masih berasal dari Melayu Riau, Contoh Tari
Berpasangan selanjutnya yakni Tari Zapin. Tarian ini sangat identik dengan
nuansa islami, karena pada dasarnya memang menjadi lambang akulturasi budaya
islam dan melayu di masa silam. Seperti no. 1, tarian ini juga dimainkan oleh
sepasang pemuda dan pemudi.
Pada awalnya, digunakan untuk berdakwah dan hiburan,
namun seiring perkembangan dan meningkatnya popularitas tarian ini, akhirnya
dijadikan ikon kebanggaan dan kemajuan suku Melayu, serta sering dibawakan pada
banyak event di berbagai daerah di Sumatera.
3. Tari Bedhaya
Kita beralih ke Yogyakarta, yakni Tari Bedhaya.
Tarian ini tumbuh dan berkembang sejak masa Keraton Mataram Islam zaman dahulu.
Tarian ini dimainkan secara berpasangan, dengan kostum lengkap budaya Jawa.
Makna Tari Bedhaya ini sendiri bercerita tentang
siklus kehidupan tiap-tiap manusia, mulai dari dia lahir hingga wafat. Filosofi
ini tergambar jelas dari gerakan-gerakan yang terkandung dalam tarian ini,
diiringi dengan musik serta alat musik pengiring yang kompak.
4. Tari Gambyong
Tari Gambyong berasal dari Jawa Tengah, terlahir
dari hasil perpaduan antara tarian rakyat dengan Keraton. Kata “Gambyong”
sendiri diambil dari nama salah seorang penari jalanan bernama Mas Ajeng
Gambyong, yang kemudian diabadikan dalam nama tarian ini.
Tarian ini berasal dari Surakarta, kamu akan sering
menemukan tari Gambyong di berbagai acara, mulai dari pementasan seni,
festival, upavara adat hingga event berupa hiburan lainnya. Tari ini dimainkan
oleh 4-8 penari secara berpasang-pasangan.
5. Tari Golek Menak
Contoh Tari Berpasangan berikutnya bernama Golek
Menak, yang berasal dari Yogyakarta. Pencipta tarian ini adalah Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, dan pertama kali dipentaskan pada tahun 1941. Nama lain
dari tarian ini antaranya tari Beksa Golek Menak atau Beksan Menak.
Untuk gerakannya sendiri, mengusung sebagai apa
peran dari penari itu. Karena pasalnya, tiap-tiap penari akan mengangkat
karakter yang berbeda. Untuk alat musik pengiringnya yakni Gamelan berlaras
Pelog.
6. Tari Payung
Contoh Tari Berpasangan selanjutnya adalah Tari
Payung yang berasal dari Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan oleh 3-4
pasangan, dengan jumlah penari mencapai 8 orang, dengan properti utama berupa
sebuah payung.
Tarian ini bercerita tentang dua orang remaja yang
bertemu dan kemudian menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Tarian ini
tergolong campuran karena diperagakan oleh pria dan wanita. Begitu pula
gerakannya yang seirama dengan alunan musik pengiring.
7. Tari Legong
Berikutnya bernama Tari Legong, yang berasal dari
Bali. Tarian ini dimainkan oleh 2 orang perempuan saja. Pada awalnya, hanya
boleh diperankan oleh wanita-wanita yang masih suci, muda alias belum
menstruasi, karena alamat awal adalah sebagai tarian persembahan.
Namun seiring perkembangan zaman, kini kita bisa
menyaksikan tarian Legong ini dalam banyak event dan acara, baik upacara adat,
pernikahan, peringatan hari besar dan sejenisnya. Sedangkan pakem untuk
pemujaan-pun telah dihilangkan.
8. Tari Janger
Tari Berpasangan berikutnya masih berasal dari Bali,
bernama tari Janger. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 10 orang dan saling
berpasangan. 5 penari pria disebut dengan “kecak”, sedangkan 5 penari wanitanya
disebut Janger.
Makna Tari Janger ini bercerita tentang kisah atau
drama tentang Arjuna Wiwaha, Sunda Upasada dan tokoh lainnya. Gerakan dalam
tarian ini cukup dinamis dan beragam, mengiringi iringan musik Gamelan Bali
yang dimainkan kencang pula.
9. Tari Ketuk Tilu
Contoh Tari Berpasangan Nusantara selanjutnya
bernama Ketuk Tilu, yang merupakan Tari Tradisional Jawa Barat. Nama Ketuk Tilu
sendiri berasal dari bunyi tabuhan 3 buah Bonang yang dijadikan alat musik
pengiring.
Sejatinya, tarian ini adalah cikal bakal munculnya
tari Jaipong Kerawang. Meski bisa dibilang sebagai induknya, namun
kepopulerannya kalah. Untuk penarinya, diisi oleh beberapa wanita yang saling
berpasangan, dengan gerakan yang dinamis dan cepat.
10. Tari Wireng
Selanjutnya ialah Tari Wireng yang berasal dari Jawa
Tengah. Tarian ini dimainkan oleh kaum pria secara berpasangan, umunnya 2
pasangan, dengan mendeskripaikan gerakan-gerakan ketika berlatih dan berperang.
Makna Tarian ini adalah menceritakan tentang
prajurit-prajurit yang sedang berlatih sebelum berangkat ke medan perang.
Tarian ini dibagi menjadi 6 jenis, yakni 6 jenis yaitu Panji Sepuh, Panju Anem,
Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng dan Dhadhap Kreta.
11. Tari Pethilan
Berikutnya yakni Tari Pethilan. Ini adalah salah
satu Contoh Tari Berpasangan asal Jawa Tengah. Dalam tarian ini, pemainnya diperagakan
oleh sepasang lawan jenis, maupun sejenis. Gerakan dalam Tari Pethilan
mendeskripsikan peperangan.
Pada akhir tarian, akan ada yang kalah maupun
menang, yang kalah akan berakting Mati dan yang menang akan berbangga.
Tiap-tiap penari akan memegang sebuah pedang, dilengkapi celana dan pakaian
motif batik serta selendang.
12. Tari Karonsih
Masih berasal dari Jawa Tengah, Tari Karonsih ini
bercerita tentang sepasang kekasih yang tengah menjalani hubungan asmara.
Tarian ini dibawakan sepasang lawan jenis, dengan nama Dewi Sekartaji dan Panji
Asmara Bangun.
Gerakannya halus, lembut dan mengayun lambat, dengan
busana kebesaran putri serta pangeran Keraton Jawa. Tarian ini berasal dari
Bahasa Jawa ‘kekaron atau sakloron tansah asih’ yang artinya keduanya saling
mencintai.
13. Tari Langgen Asmara
Tarian ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah.
Tidak jauh berbeda dengan Karonsih, tarian ini jiga menggambarkan sepasang
kekasih yang sedang memadu asmara. Namun dalam tarian terdapat pula konflik,
selain keromantisan semata.
Untuk tata busana, sangat identik dengan lelakon
pewayangan, yang pada dasarnya menggunakan selendang panjang, Pemakaian bentuk
sanggul dan mahkota pada kepala si penari.
0 Komentar