Tari merupakan karya seni yang mengutamakan
keindahan gerak tubuh. Gerakan yang dilakukan harus mengikuti alunan musik yang
sudah dibawakan oleh pengiring. Dalam artikel ini saya akan Membahas mengenai
Tari Buyung yang ditarikan dalam Upacara Seren Taun Jawa Barat. Tari buyung di
ciptakan oleh seorang koreograferyang berdomisili di cigugur, beliau adalah ibu
emalia djatikusuma istri dari seorang raja yang bernama Djatikusuma. Tari
buyung tercipta pada tahun 1969.
SEJARAH
TARI BUYUNG
Tari Buyung adalah tarian tradisional masyarakat
Cigugur Kuningan Jawa Barat. Tarian ini merupakan tarian adat yang bernilai
simbolik tentang rasa syukur manusia atas rahmat Tuhan berupa alam semesta yang
indah dan bermanfaat bagi hidup manusia, salah satunya adalah air.
Biasanya tarian ini biasa dilakukan oleh masyarakat
Cigugur, Kuningan, Cirebon saat Upacara Seren Taun yang diadakan pada bulan
Rayagung pada penanggalan Jawa.
Setiap gerakan dalam tari Buyung memiliki makna yang
tersirat. Menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat
relevansinya dengan ungkapan “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”.
Buyung adalah sejenis alat yang terbuat dari logam
maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa pada zaman dulu
untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam.
Membawa buyung di atas kepala sangat memerlukan
keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya
keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Pergelaran tari buyung dengan formasi
Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu Telu memiliki
makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani Sunda adalah masyarakat yang
religius. Tuhan diyakini sebagai Causa Prima dari segala asal-usul sumber hidup
dan kehidupan. Sementara manusia merupakan mahluk penghuni bumi yang paling
sempurna di antara mahluk-mahluk ciptaan Tuhan lainnya.
Alam penuh dengan energi. Alam selalu bereaksi
dengan tingkah laku manusia, dan ikut mempengaruhi karakter manusia. Eksistensi
dalam alam makrokosmos dilihat sebagai sesuatu yang tersusun secara hierarkis.
Sehingga, secara moral manusia dituntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan
alam, yaitu antara mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam raya) untuk
membuahkan kesadaran mengenai penghayatan iman terhadap keagungan Tuhan Sang
Maha Pencipta.
Dalam tarian itu, manusia diajak untuk lebih dekat
dengan alam dan mencintainya sebagai sahabat yang harus terus berjalan bersama.
Tarian ini ditampilkan saat upacara Seren Taun yakni upacara syukur atas
Kemurahan Tuhan di masyarakat Cigugur.
Seren Taun juga dilaksanakan sebagai penghormatan
kepada Dewi Sri atau Dewi Padi yang memberikan kesuburan bagi para petani.
Karena daerah ini merupakan daerah agraris, maka
masyarakat Cigugur mengadakan upacara syukuran atas hasil bumi yang diperoleh.
Acara syukuran atas hasil bumi ini lebih dikenal dengan istilah Seren Taun.
Seren Taun merupakan gelar budaya tradisional yang sering dilaksanakan oleh
masyarakat agraris Sunda.
Dalam penyelengaraan Seren Taun karena masih
berhubungan dengan agraris maka bahan-bahan seperti buah-buahan, umbi-umbian,
padi, dan hewan yang merupakan bahan vital penunjang kegiatan.
Lalu dalam ritus kegiatannya dalam formasi barisan
pada pelaksanaan upacara Seren Taun terdiri dari barisan muda-mudi, ibu-ibu,
bapak-bapak, dan rombongan kesenian yang diantaranya: tari buyung anglung
buncis dari Baduy, angklung buncis dan dan dog-dog di sertai umbul-umbul.
PROPERTI
TARI BUYUNG
Untuk melakukan tari, tentu saja properti menjadi
satu hal yang tidak boleh terlepas karena merupakan unsur yang sangat penting
dalam tari Buyung. Beberapa tarian daerah mungkin memang tidak membutuhkan
properti, namun beberapa tarian lainnya bahkan menamai tarian daerah mereka
sesuai dengan nama properti yang dikenakan.
Seperti yang telah diketahui, properti tari adalah
segala bentuk perlengkapan, selain kostum, yang digunakan sebagai pelengkap
dalam sebuah tarian tradisional ataupun jenis lain. Setiap daerah pasti
memiliki adat istiadat dan ciri khas tertentu, yang mana kemudian ciri khas
tersebutlah yang memberi pengaruh besar terhadap gerak dan properti tari yang
dikenakannya.
ALAT MUSIC YANG DIGUNAKAN PADA TARI BUYUNG:
– Kecapi rincik
– Gendang
– Seruling
– Gong
– Kecapi indung
ALAT TARI YANG DIGUNAKAN PADA TARI BUYUNG:
– Buyung
– Kendi
PAKAIAN YANG DIGUNAKAN PADA TARI BUYUNG:
Tari buyung menggunakan riasan panggung untuk
kebutuhan keindahan serta mengikuti pekembangan jaman, pada bagian kepala
penari biasanya mengunakan sobrah atau rambut palsu panjang , menggambarkan
gadis desa jaman dahulu memiliki rambut yang begitu panjang yang terurai
cantik. Tata rias merupakan cara untuk mempercantik diri khususnya pada bagian
muka atau wajah. Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk
menggambarkan/menentukan watak tokoh di atas pentas. Tata rias dan tata busana
merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari.
Tata rias dan tata busana harus diperhaikan dengan cermat dan teliti. Dengan
tata rias dan tata busana yang tepat dapat memperjelas karakter dan sesuai
dengan tema yang disajikan. Dalam memilih desain pakaian dan warna membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk
memperjelas pemeranan pada tema cerita.
Tata rias
adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan
dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain. Sebagai
penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain
diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun hiasan terhadap suatu objek
yang akan dipertunjukan. Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna,
karena warna di alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh
yang dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan
warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai
simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja dalam memadukan antara
yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain
menjadi perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan peran,
watak, dan karakter para tokohnya. Warna sebagai lambang dan pengaruhnya
terhadap karakter dari tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan
tari dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna mempunyai
efek emosional yang kuat terhadap setiap orang. Busana tari buyung juga
menggandung nilai-nilai filosofis, hal ini di maksudkan agar tari buyung tidak
hanya menggambarkan proses menikmati sebuah hiburan tapi juga melestarikan
budaya dengan busana adat nya busana nya anatara lain:
– Apok ( pakaian dari kain songket )
– Kebaya
– Lidah
– Gelang
– Ikat pinggang
– Selendang
– Samping
– Sobrah ( rambut palsu)
Gerakan Tari
Buyung
Dalam tari buyung terdapat beberapa gerakan
antaralain nyuhun, bersimpuh, buyung di angkat dari kepala untuk mengambil air.
Membawa
buyung di kepala
Melepaskan
buyung, dalam gerakan tersebut ada gerakan mencuci pakaian, mencuci rambut,
nyiblung, dan lain-lain.
Mengambil
air dengan buyung
Menginjak
kendi
Judul Lagu
dan Syair Lagu:
Icikipak –
icikibung
Tari
Tanjung ti Paseban
0 Komentar